# Romadhon Keempat: Izzah (Harga Diri/Kemuliaan)


Romadhon Keempat: Izzah

Menu Sahur puasa hari keempat tadi adalah nasi, sayur bayem, telur goreng, dan kerupuk. Sahur kali ini kurang semarak karena kawan-kawan kos banyak yang pulang ke rumah. Kali ini, sahur hanya bertiga. Huft. Lupakanlah !

Seharian ini aku hanya di dalam kamar kos menghabiskan waktu dengan tilawah, baca buku, nerjemah berita, chating, dan tidur tentu saja. Aku malas mau keluar jalan-jalan karena memang biasanya kalau hari Sabtu – Ahad aku jarang jalan-jalan. Kalaupun keluar lebih sering main ke kantor sekedar bermain internet dan mencari suasana dingin AC. Namun kali ini, karena cuaca panas dan suasana hati yang tengah dirundung sepi, aku lebih memilih opsi untuk menghabiskan waktu di kos dan dalam kamar saja.

Nah, semalam, ceritanya aku sholat Isya’ dan tarawih di Masjid Cut Mutiah Menteng Jakarta. Ini merupakan sholat tarawih pertamaku di masjid yang cukup bersejarah dan unik ini. Karena masjid sudah penuh, maka aku dan ketiga kawanku mau tidak mau harus sholat di halaman masjid. Aku menggelar Koran bekas sebagai alas sujud dan duduk saat sholat, meskipun sebenarnya jika kita sholat tanpa ada alas sama sekali –selama suci- tidak masalah dan sah-sah saja. Sebelum sholat tarawih, dilaksanakan terlebih dahulu ceramah. Ceramah kali ini cukup heroic dan membuatku terkesan. Temanya sih tentang keimanan, namun sang ustadz menyampaikannya dengan penuh semangat dan inspiratif serta tegas.

Singkatnya, pak ustadz menceritakan sebuah kisah nyata dan factual dan patut diteladani seluruh umat Islam yang memiliki izzah. Di sebuah pasar di daerah Tangerang, -Malabar kalau tidak salah ingat-, ada seorang pria berbadan kekar dan tinggi sementara tubuhnya penuh dengan tattoo. Di tengah pasar, dengan congkaknya ia berteriak-teriak.

“Apa itu Islam? Islam itu agama yang mengharamkan babi tapi menghalalkan babu. Nabi dan Rasulnya adalah tukang kawin. Anak masih kecil pun di-embat juga. Hahahahaha…” teriak pria sombong bertatoo itu di tengah pasar.

Begitu si pria itu senantiasa berteriak-teriak menghina Islam dan umat Islam secara terus menerus. Karena yang bersangkutan adalah preman pasar berbadan besar, hampir semua warga pasar yang kebanyakan beragama Islam tak berani menghentikan teriakan-teriakan apalagi untuk menantang sang pria itu.

Namun, tanpa disadari sang pria dan warga pasar, ada seorang pria remaja yang berpostur tubuh kecil kurus tiba-tiba berlari keluar pasar tergopoh-gopoh. Ia berlari menuju rumah yang dekat dengan lokasi pasar. Ia ambil sebilah pisau dari dapur. Ia sematkan pisau dapur itu di balik jaket yang sengaja ia kenakan untuk menutupi agar tersembunyi. Ia pun kembali berlari menuju pasar. Sesampainya di pasar, si pria sombong yang berteriak-teriak menghina Islam tadi masih saja terus berteriak-teriak. Pemuda kecil yang mengambil pisau tadi pelan tapi pasti mendekati si pria sombong itu.

(Jreezz…..) Sebuah pisau menancap di bisep lengan pria sombong itu. Darah segar keluar deras. Si pria penghina Islam itu meraung-raung kesakitan minta pertolongan. Ternyata, tanpa kesadaran si pria sombong, pemuda berperawakan kecil kurus yang mengambil pisau dapur tadi berhasil menghunuskan pisaunya ke lengan si pria bertatoo.

Selanjutnya, para warga pasar pun menyalahkan sang pemuda kecil itu. Anarkis, kejam, dan sebutan-sebutan lainnya yang memojokkan sang pemuda kecil yang menghunuskan pisaunya ke arah pria penghina Islam itu. Namun, saat ditanya oleh Pak RW yang dijadikan sebagai penengah oleh warga, si pemuda kecil kurus tersebut kemudian menjawab, “Terserah kalian mau bilang aku apa. Yang pasti pria ini selama beberapa waktu telah menghina agama dan nabiku. Agama dan nabi kalian juga. Sementara semua orang hanya diam saja. Aku sekalipun masih berlobang sholatku, namun aku tak terima jika ISLAM agamaku dihina oleh orang kafir ini. Dan aku tidak menyesal melakukannya!” ucap sang pemuda kecil pemberani ini dengan tegas, lantang, dan berani. Selanjutnya, warga pun diam sementara si pria bertatoo pun juga diam tak berani berucap sepatah sama sekali.

Setelah bercerita tentang kisah nyata yang baru saja terjadi baru-baru ini, pak ustadz pun menyampaikan betapa umat Islam saat ini tidak memiliki izzah (kemuliaan) sama sekali. Penyakit wahn (cinta dunia takut mati) benar-benar menggerogoti tidak hanya umat Islam secara umum, tetapi juga para ulama, kyai, dan ustadz-ustadznya. Pada hari ini, hampir tidak ada ustadz yang berani berceramah menyampaikan kebenaran. Kebanyakan penceramah lebih suka memilih tema guyonan, lucu, dan yang bikin tertawa. Menurutnya, tak ada beda antara pelawak dan ulama.

Ustadz-ustadz dan para ulama semakin banyak yang takut menyampaikan kebenaran karena takut jika disebut TERORIS kemudian ditangkap polisi dan dipenjarakan apalagi jika harus mengalami penyiksaan apalagi kematian. Namun, pak ustadz bangga dengan keimanan pemuda kurus kecil di pasar pada kisah di atas karena dengan beraninya menegakkan izzah Islam dan umatnya. Pemuda seperti inilah harapan generasi Islam yang dibutuhkan saat ini.  Pemuda yang pemberani !

So, WAHAI PEMUDA NYALAKAN SEMANGATMU !!! JADILAH PEMBERANI !!! SUARAKAN KEBENARAN TAK TAKUT MATI !

NB: Isi ceramah tidak diambil secara keseluruhan, namun hanya mengambil intinya saja. Ceramah di atas disampaikan oleh pak ustadz Drs. Alfian Tanjung di masjid Cut Mutia.

.:: Jika Saudara / i menyukai tulisan ini, maka sekarang Anda dapat memberikan apresiasi dengan ikut memberikan donasi / kontribusi finansial ala Blogger. Jika Saudara / i membenci sebagian atau keseluruhan tulisan ini pun saya tetap mempersilakan untuk ikut memberikan donasi. Namun, jika saudara / i tidak bersedia memberikan donasi, itu pun tidak mengapa… Caranya, silakan baca link berikut ini ( klik di sini..! ) ::.

“Gajah Mati Meninggalkan Gading, Harimau Mati Meninggalkan Belang, Manusia Mati Meninggalkan Nama, Blogger Mati Meninggalkan Postingan”

2 Tanggapan

  1. bener ini kejadian di tangerang?

Tinggalkan Balasan ke # Romadhon Kelimabelas: Sabar « “sometimes words are much sharper than swords” Batalkan balasan