“Mahasiswa Yang Suka Demo Dilarang Menjadi PNS”


Komentar Kawan Dalam Diskusi di Facebook

Komentar Kawan Dalam Diskusi di Facebook

Mahasiswa Yang Suka Demo Dilarang Menjadi PNS”

Tulisan ini sambungan dari tulisan Klasifikasi MahasiswaMahasiswa Yang Sering Demo = Mahasiswa Bodoh? & Salahkah Jika Mahasiswa ber-Demonstrasi?

Lebih jauh lagi, seorang kawan mempertegas komentarnya yang lebih tidak masuk akal di otakku. Ia menulis, “Note : yg suka demo,sya harap tidak mendftar PNS, menjilat ludah sndiri namany jika mengkritik negara akhrnya jdi abdi negara.”

Barangkali kawanku itu tidak bisa berdiskusi dengan membuat rumusan pembatasan masalah yang sedang dibicarakan. Berawal dari pembicaraan tentang isu demonstrasi dan mahasiswa bodoh serta isu bencana, akhirnya menyeret kepada LARANGAN atau himbauan untuk mendaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Logika yang disusun kawanku itu barangkali adalah menggunakan kaidah, “Jika biasanya mengkritik negara, pemerintah, dan semua unsur-unsurnya; bila akhirnya justru menjadi seorang abdi negara (PNS), maka disebut dengan menjilat ludah sendiri.”

Sebuah logika yang memiliki pangkal dan ujung yang tidak berhubungan. Tapi okelah tidak mengapa. Kucoba selami maksud yang diucapkan kawanku itu saja. Barangkali, ia menghubungkan aktivitas para mahasiswa yang sering berdemonstrasi dengan spesifik agenda demonstrasi mengkritik pemerintah. Dari pangkal isu tersebut, barangkali ia gerah jika seorang pendemo kebobrokan pemerintah kok kemudian justru menjadi bagian dari pemerintah. Kalau menurutku sih, hal itu bukanlah sebuah persoalan atau masalah.

Justru bagiku, hal itu menjadi sebuah isu menarik dan hikmah sekaligus tantangan bagi semua. Bagi para mantan mahasiswa yang dulunya terbiasa dengan aktivitas demonstrasi dengan spesifik agenda mengkritik pemerintah, maka justru jika para mantan mahasiswa aktivis demo itu menjadi seorang PNS adalah hikmah. Hikmah karena setidaknya ada harapan perbaikan dalam tubuh pemerintah yang selama ini mereka kritik sendiri. Selain adanya hikmah, hal itu juga bisa menjadi tantangan tersendiri bagi mereka para (mantan) aktivis mahasiswa pendemo tersebut.

Sebuah tantangan bagi mereka untuk membuktikan bahwa mereka tidak hanya bisa berdemo semata, namun juga bisa memberikan solusi dan mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Selain itu, para mantan mahasiswa aktivis tersebut juga harus siap dikritik baik dengan lembut maupun keras. Ini juga menjadi tantangan bagi mereka yang selama ini kerap mengkritik dan berdemo. Siap dan bisakah mereka menerima jika posisi saat ini berubah. Merekalah yang dikritik dan di-demo.

Jika ternyata mereka tidak bisa menerima kritik, tidak bisa membuktikan adanya perubahan yang mereka ciptakan, atau tidak mampu mengubah kebengkokan menjadi lurus, maka hal ini membuktikan dan menegaskan pandangan bahwa ternyata para mahasiswa aktivis yang sering berdemonstrasi selama ini tersebut hanyalah singa ompong.

Kesimpulannya, tidak ada yang salah pada seorang mahasiswa yang terbiasa berdemo untuk berkeinginan menjadi PNS.

Kalau bagiku, menjadi mahasiswa aktivis, hedonis, maupun pasifis bukanlah parameter sebuah kebaikan dan kebenaran. Aku -yang bukan mahasiswa aktivis BEM atau Dema dan bukan seorang PNS ini- hanya ingin bisa bermanfaat untuk agamaku dan orang-orang disekitarku. Amiin

T.A.M.A.T ( 🙂 )

Ahmed Fikreatif

“Gajah Mati Meninggalkan Gading, Harimau Mati Meninggalkan Belang, Manusia Mati Meninggalkan Nama, Blogger Mati Meninggalkan Postingan”

2 Tanggapan

  1. demo tu gk ada salah nya kok. yang salah tu klo demo anarkis dan merusak barang public yg pada akhirnya menggerogoti apbn.

    bagus nya malah mahasiswa yg suka demo mengkritik pemerintah jadi pns,karna dia punya semangat, idealis dan tidak terseret arus sistem bobrok pemerintah

Tinggalkan Balasan ke Goda-Gado Batalkan balasan