24 Juni, 1 tahun silam


Hari ini, 1 Tahun Lalu

24 Juni, 1 tahun lalu, adalah saat pertama kali kakiku merambah Jakarta -dalam makna yang sebenarnya. Sebelum tanggal itu, aku memang sudah beberapa kali datang ke tanah ibukota, namun bagiku itu hanya persinggahan sementara sekedar berwisata, silaturahmi dengan keluarga, atau mengikuti tes wawancara kerja. Namun, yang kumaksud merambah Jakarta –dalam makna yang sebenarnya- adalah saat pertama kalinya aku mempertaruhkan waktu dan pilihan langkah [sedikit masa depan] untuk menerima sebuah tawaran pekerjaan di kota itu.

Yah, aku masih mengingat pada tanggal 24 Juni, di waktu subuh, kumandang azan menyambut kedatanganku. Saat kulangkahkan kaki keluar dari pintu gerbong kereta, sebuah bangunan tinggi bersimbol huruf yang merepresentasikan huruf “P” masih terang memancarkan kekuasaan bersumber dari lampu di dalamnya. Aku (dan ketiga kawan seperjuangan) melangkah keluar mencari taksi untuk mengantarkan kami ke sebuah alamat tujuan transit.

24 Juni, adalah hari pertama aku diterima bekerja –meskipun bukan secara harfiah- karena aku praktis bekerja setelah 2 hari kemudian –itupun tidak ada yang kukerjakan sepanjang hari-. Saat itu, aku masih merasakan ketidaknyamanan dan ketidakyakinan –meskipun sampai sekarang sebenarnya juga masih merasa sih- untuk memilih Jakarta sebagai pijakan awal masa depanku.

1 tahun lebih 2 hari, lalu, aku masih ingat ketika saat itu aku meyakinkan diriku dan juga orangtua ku akan sebuah cita dan harapan tinggiku. “Cukup maksimal 10 tahun saja, aku di ibukota. Syukur-syukur Allah memberikanku izin 5 tahun atau bahkan kurang dari itu saja aku bekerja di sana dan bisa meninggalkan kota itu dengan membawa ‘kekayaan dan kebijaksanaan’ yang bisa kubawa pulang ke kota asalku.” Saat aku mengatakan hal itu, aku seperti memiliki sebuah keyakinan yang sangat kuat bahwa masa depanku yang baik [dalam makna harfiah maupun metafora] tidak berada di kota itu.

Jika aku masih berkeyakinan untuk mewujudkan cita-cita besarku itu, maka aku masih [atau tersisa?] 4 atau 9 tahun lagi. Hmm, aku lebih suka menggunakan kata ‘tersisa’, karena dengan demikian aku merasa aku terbatasi oleh waktu yang membuatku untuk selalu waspada dan bermuhasabah. Selama ini, kita sering memperoleh dan diberikan sebuah ucapan “selamat ulang tahun [atau bahasa apapun seperti milad, hari lahir, dsb]”. Selamat, dalam makna yang umum dipahami adalah sebuah ucapan rasa kebahagiaan yang bisa diungkapkan secara lahiriah dari seseorang kepada seseorang. Merujuk pada ucapan “selamat” itu, agaknya kurang tepat dialamatkan pada seseorang yang “berulang tahun” karena pada dasarnya yang bersangkutan sesungguhnya sedang diingatkan oleh-Nya bahwa jatah umurnya telah berkurang. Semacam ‘warning’.

24 Juni 2010, sayangnya aku tidak bisa menikmati nostalgia bersejarah itu di kantor tempat ku bekerja mengulang siluet-siluet setahun lampau. Aku harus beristirahat di sebuah ruangan kecil yang kusebut kamar kos. Dikarenakan tubuhku yang mengalami demam cukup tinggi, maka aku memutuskan tidak masuk kerja seraya memohon izin untuk itu kepada atasanku. Alhamdulillah, rasa syukur itu aku ungkapkan. Aku merasa harus bersyukur karena Allah masih sayang kepadaku dengan memberiku ‘warning’ sekaligus bentuk ‘perhatian-Nya’ sehingga aku selalu mengingat-Nya.

24 Juni….. 24 bulan 6. 24 terdiri dari dua angka yang apabila dijumlahkan menghasilkan angka 6. Sementara itu, pengoperasin 6-2 menghasilkan 4. Sedangkan 6-4=2. 6 dikali empat menghasilkan 24. Saat aku selesai menuliskan tulisan ini pun dan kemudian mempostingnya mendekati waktu pukul 24.00 WIB pada tanggal 24. Dan tahu ga kawan, saat ini umurku 24 tahun baik dihitung dari kalender masehi mapun hijriyah. Arrrrggghhh. Sebuah kebetulan saja dari sebuah angka. 😀 [maklum, habis baca novel terakhir Dan Brown, The Lost Symbol, yang banyak berbicara tentang simbologi dan numerologi]

Ahmed Fikreatif

.:: Jika Saudara / i menyukai tulisan ini, maka sekarang Anda dapat memberikan apresiasi dengan ikut memberikan donasi / kontribusi finansial ala Blogger. Jika Saudara / i membenci sebagian atau keseluruhan tulisan ini pun saya tetap mempersilakan untuk ikut memberikan donasi. Namun, jika saudara / i tidak bersedia memberikan donasi, itu pun tidak mengapa… Caranya, silakan baca link berikut ini ( klik di sini..! ) ::.

“Gajah Mati Meninggalkan Gading, Harimau Mati Meninggalkan Belang, Manusia Mati Meninggalkan Nama, Blogger Mati Meninggalkan Postingan”

13 Tanggapan

  1. semoga cepat sembuh dan sehat kembali ya mas..
    weww,,.. pengalaman yg siippp.. serba 24 neh.. 😀
    btw angka penjumlahan yg dibawah kayaknya kebetulan aja tuh… kok bisa penjumlahannya gitu yaa??? rumus baru menghitung nasib kah.. :mrgreen: siipp deh…

  2. betul mas,waktu itu berkurang bukan bertambah,karena usia kita yg semakin berkurang dari apa yg telah ditetapkanNYA 🙂

  3. angka 24 banyak artinya ya buat mu, sukses ya 🙂

  4. met milad ya mas…

    wah aku lagi baca novel itu tuh skg..

  5. lagi2 kebetulan……terlalu banyak kebetulan… 😦

  6. komengsku?? hikss…. 😦

Tinggalkan Balasan ke Sapta Batalkan balasan