Orang Bilang Aku Workaholic….


Masih di kantor mas?” tanya Lylo.

Masih di kantor kk?” tanya Puri.

Kowe ki sih d kantor?” tanya Icha.

Jek nang kantor le?” tanya Gama.

Masih di kantor jam segini?” tanya beberapa orang lainnya lewat sms, YM, atau FB..


Workaholic (Sumber Gambar: www.careerwatch.wordpress.com)

Workaholic (Sumber Gambar: http://www.careerwatch.wordpress.com)

Setiap hari ada saja orang yang bertanya seperti itu kepadaku, baik secara langsung atau tidak langsung. Mereka menanyakan apakah aku masih di kantor. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu muncul di layar PC atau HP ku setelah maghrib dan kebanyakan setelah isya’.

Menjawab pertanyaan itu, akupun hanya menjawab dengan senyum 😀 atau sekedar menuliskan kata “iya..”. Selanjutnya banyaklah sindiran-sindiran atau respon dari kawan-kawan jika mengetahui aku masih di kantor pada jam-jam di atas waktu isya’. Gama menyebutku “Pemburu Dollar”. Sementara ada juga yang merespon dengan kalimat “lembuuuuuur teruuuuuus…”, “kerja teruus..”, “kenceng deh”, “mas, kasurnya pindah kos aja…”, “nunggu kuntilanak dulu baru pulang mas…?”, “mau nginep mas..”, “super worker”, “pegawai sejati”, “buruh patuh”, dan aneka sebutan lainnya yang tidak kuingat keseluruhannya. Intinya, kawan-kawan mengisyaratkan bahwa aku tergolong workaholic. Busyet apa iya gitu?

Workaholic dalam sebuah artikel diungkapkan memiliki arti penyebutan konotatif terhadap orang-orang yang mengabdikan untuk pekerjaannya atau suatu profesi yang digelutinya. Makna konotasinya muncul ketika pengabdian seseorang tersebut lebih besar terhadap profesi dan pekerjaannya daripada keluarga atau hubungan sosial lainnya. Lebih jauhnya, ia cenderung mengabaikan sisi perhatiannya terhadap keluarga atau sebuah hubungan sosial kemasyarakatan dan semisalnya. Terakhir sebagai kesimpulan, artikel tersebut menyebutkan salah satu ciri dan karakter teknis seorang Workaholic adalah kondisi jika seseorang membawa ponselnya ke tempat tidur, bekerja selama akhir pekan secara teratur dan gagal untuk menemukan waktu untuk bersantai setiap saat. Menurut artikel itu, inilah seorang yang disebut Workaholic. Ia terobsesi dengan pekerjaan sepanjang waktu dan memberikan prioritas untuk bekerja lebih dari keluarga dan anak-anak.

Membaca kutipan artikel di atas, lalu aku mencoba melihat di depan cermin untuk memandang diriku sendiri, ternyata memang ada beberapa poin yang mirip dengan keadaanku saat ini. Secara umum, aku memang berada di kantor hampir sepanjang waktu dari pagi sampai matahari benar-benar tenggelam. Aku datang sampai di kantor sebelum pukul 08.00 WIB, dan kerap pulang di atas pukul 20.00 WIB pula. Bahkan dalam 2 bulan ini, aku pulang dari kantor di atas jam 21.00 WIB, 2 jam lebih lama dari batas maksimal waktu lembur yang diamanahkan dalam UU Ketenagakerjaan. Tak cukup dengan itu, tak jarang pada hari Sabtu yang seharusnya hari libur atau libur nasional pun aku masih berangkat ke kantor pula. Jika melihat dari sudut pandang ini, mungkin agak sesuai memang jika aku dibilang Workaholic.

Namun, ada unsur seorang Workaholic lainnya yang ternyata tidak terdapat pada diriku. Pada artikel di atas, seorang Workaholic disebut-sebut cenderung mengabaikan keluarganya dan hubungan sosial lainnya. Ternyata aku tidak sebegitu-begitu amatnya. Karena aku saat ini pada posisi nge-kos sehingga jauh dari keluarga dan statusku pun masih single jadi bukan karena mengabaikan keluarga, namun karena aku memang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Bahkan jika libur long-weekend, aku pun selama ini selalu pulang kampung di Solo untuk mengunjungi keluarga. Tak jarang jika hari Sabtu atau Ahad, aku juga masih sering main-main jalan-jalan ke rumah kerabat, kawan-kawan SMA, kuliah, atau kawan dari Solo yang ada di sekitar Jakarta. Artinya, aku tidak merasa ada masalah pada hubungan sosialku. 😀 Meskipun kuakui tidak seintens dulu sewaktu masih kuliah sih..

Apakah aku tidak pernah santai-santai atau refresh? Jangan salah, setiap orang memiliki cara masing-masing untuk me-refresh otaknya. Alhamdulillah, aku termasuk orang yang mudah mencari sebuah hal untuk refreshing sebagai penyegar otak dari rutinitas kerja sehari-harinya.

Salah satu cara refresh otak bagiku bisa dengan cara ngeblog seperti ini, main ke rumah kawan, pulang kampung, jalan-jalan ke Bandung, nonton film, membaca buku, atau sekedar chat dengan kawan-kawan dunia maya.

Banyak juga pertanyaan yang datang kepadaku tentang apa saja yang kukerjakan hingga larut malam seperti itu setiap hari. Sebetulnya, pada prinsipnya aku hanya berusaha untuk pulang setelah atasanku pulang. Jika atasanku belum pulang, maka aku berusaha untuk tidak pulang dari kantor. Nah, secara kebetulan, atasanku termasuk orang yang tidak mau pulang jika pekerjaan yang bisa diselesaikan hari itu belum selesai pada hari itu juga. Dan tidak jarang, pekerjaan-pekerjaan itu aku dan kawanku yang ikut membantu menyelesaikannya.

Aku sendiri pun juga memiliki prinsip yang sama dengan atasanku itu. Aku berusaha untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang seharusnya bisa selesai pada hari itu juga. Jika belum selesai, maka aku lebih suka segera mengerjakannya sehingga cepat selesai daripada aku pulang namun pekerjaan itu belum selesai sehingga bisa mengganggu tidurku. Tak hanya itu, aku berangggapan jika pekerjaanku yang harusnya selesai hari itu ternyata tidak terselesaikan hari itu juga, maka esok hari aku akan memperoleh pekerjaan tambahan lagi sehingga pekerjaan-pekerjaanku lama-lama semakin menumpuk. Tumpukan-tumpukan pekerjaan itu bagiku sangat berpotensi untuk menyiutkan nyali dan justru mejadi pemicu kemalasan nantinya.

Selain itu, ada sebuah alasan lain kenapa aku tidak ingin segera pulang kos dan masih ingin di kantor. Alasan itu adalah karena aku ingin ngeblog atau menulis sesuatu yang ingin aku tulis setiap harinya. Aku ingin memaksimalkan waktuku untuk berkeliling dunia melalui internet dan di ruangan yang nyaman ber-AC karena kos ku panas meskipun di kos pun aku sedia akses internet pula. So, waktu-waktuku kuusahakan untuk tidak terbuang tercuma begitu saja. Dan aku menikmatinya. Nah, biasanya jika sudah maghrib atau pekerjaan-pekerjaan sudah selesai, barulah aku memanfaatkan internet di kantor untuk browsing, chatting, download film, musik, dll hingga aku merasa capek. 🙂

Begitulah, aku cukup menikmati keadaan dan kondisi ini. Meskipun aku mengidealkan keadaan lain. Andai aku bisa memilih… 😦

So, dengan demikian apakah aku seorang Workaholic..????? 😀 [I don’t think so]

P.S.

Di kantorku, aku bukanlah pegawai yang paling akhir pulang dari kantor. Ada beberapa karyawan (minimal 3 orang) yang hampir setiap hari pulang dari kantor di atas jam 12 malam dan keesokan harinya sudah berada di kantor kembali sebelum pukul 08.00 WIB. Dan mereka bukanlah satpam atau sekedar karyawan pelaksana biasa, namun mereka adalah seorang asisten Manajer dan pegawai staf pimpinan. 😀

Ahmed Fikreatif

.:: Jika Saudara / i menyukai tulisan ini, maka sekarang Anda dapat memberikan apresiasi dengan ikut memberikan donasi / kontribusi finansial ala Blogger. Jika Saudara / i membenci sebagian atau keseluruhan tulisan ini pun saya tetap mempersilakan untuk ikut memberikan donasi. Namun, jika saudara / i tidak bersedia memberikan donasi, itu pun tidak mengapa… Caranya, silakan baca link berikut ini ( klik di sini..! ) ::.

“Gajah Mati Meninggalkan Gading, Harimau Mati Meninggalkan Belang, Manusia Mati Meninggalkan Nama, Blogger Mati Meninggalkan Postingan”

Setiap hari ada saja orang yang bertanya seperti itu kepadaku, baik secara langsung atau tidak langsung. Mereka menanyakan apakah aku masih di kantor. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu muncul di layar PC atau HP ku setelah maghrib dan kebanyakan setelah isya’.

9 Tanggapan

  1. sama kek aq dulu waktu masih kerja… betahnya di kantor… yang lainnya udah enak2 nyante di rumah aq masih berkutat ma kerjaanku… oke dech bukan gila kerja, tapi kamu tuh org yg gie punya semangat kerja yang OK, insyaAllah tanggung jawab n ingin hasil yang semaksimal n se Ok mungkin ya kan??

  2. kamu org yang penuh semangat kurasa… 😉

  3. sebenarnya menjadi workaholik itu bagus… apalagi kalo tujuannya untuk aktualisasi diri.

    yang penting urusan2 lain (seperti keluarga, kebutuhan rohani, dll) tidak ditinggalkan 🙂

  4. selama nggak lupa sam keluarga, kayaknya belom bisa di sebut Workaholic deh…..santai saja mas hehe…

  5. saluutttt!!! kereennnn…………..(*bosnya mas keren.. rajinn uey) hauahhaha 😀

    RE: Alasan itu adalah karena aku ingin ngeblog atau menulis sesuatu yang ingin aku tulis setiap harinya.
    —–
    So, waktu-waktuku kuusahakan untuk tidak terbuang tercuma begitu saja.
    —-
    >>> nah ini cucok.. nice blogger banget!!!! pantaslah mas mendapatkan award ini :
    http://cempaka.info/award/nice-and-beautiful.html

  6. Hehe…. bagus lah kalo giat bekerja. 😀
    Menurut saya sih ga masalah menjadi seorang workaholic, mumpung masih single belum menikah, punya waktu banyak (ga ada keluarga menunggu di rumah), ya manfaatkanlah buat kerja. 😆 *kok bisa saya yang belum kerja ngomong gini?*

  7. yang penting tidak lupa waktu saja kak 🙂

  8. Saya dari jam 08:00 – 19:00 paling, terkadang juga bisa sampai jam 12 malem kalau keadaan tertentu
    Tapi saya tidak workaholic kok…hehe

  9. Workaholic berasal dari dua kata : Work & Holic
    Work = kerja
    Holic = kecanduan
    maka secara linguistik, workaholic berarti kecanduan kerja

    sepertinya cukup mewakili :p

Tinggalkan Balasan ke Blogger Terpanas Batalkan balasan